Nasi lagi…Nasi Lagi…. Aye!

Sebelum pesawat mendarat di Aeroporto Internacional de Guarulhos – São Paulo Brazil, saya sempat was2x dan kuatir dengan jenis kuliner atau makanan setempat aneh2x yang mungkin akan dijumpai selama kunjungan ini. Maklum saja, default setting perut sebagai orang Indonesia –alias mahluk pemakan nasi– masih sulit diubah yang tentu saja bisa membuat kepala pusing tujuh keliling seperti pengalaman ini.

Untunglah kekuatiran itu tidak terbukti, ternyata mencari NASI bukanlah hal yang sulit di Brazil…. Yippie! Nasi dan sayur kacang adalah makanan yang populer dan dianggap sebagai salah satu makanan pokok. Bisa ditemukan di restoran2x cepat saji ala Brazil, biasanya dilengkapi dengan daging, bayam rebus, tapioka dll.

Foto: Mencicipi nasi dan sayur kacang, makanan cepat saji di salah satu lapak bazar, rasanya lebih lezat daripada penampakan makanan…. terutama saat lapar dan lelah berkeliling 😀

felicia-2

Kuliner di Brazil memiliki pengaruh kental dari Eropa dan benua Afrika. Perbedaan tersebut bervariasi di tiap negara bagian, merefleksikan populasi paling dominan yang menempati suatu wilayah.

Sebagai contoh, makanan di daerah Bahia yang didominasi penduduk keturunan Afrika dengan tambahan pengaruh budaya Portugis dan penduduk asli banyak didominasi oleh cabai (dengan berbagai jenisnya) dan makanan berminyak (dari minyak sawit). Sementara di negara2x bagian yang terletak di utara Brazil yang dekat dengan kawasan hutan serta sungai2x air tawar kulinernya didominasi oleh beragam ikan dan singkong (cassava) sebagai makanan pokok.

Foto: Bola2x keju (pães-de-queijo) yang menjadi favorit saya. Sebenarnya adalah dessert, tapi juga menjadi snack yang banyak dijumpai di bakery2x kecil di pinggir jalan bersama dengan salgadinhos seperti pastéis (pastel), coxinhas, rissólis (risoles) dan kibbeh (dari kuliner tanah Arab). Psstttt….ternyata ada loh yang menjual pães-de-queijo di Bandara Soekarno Hatta… sayang saya hanya sempat melihat namanya di daftar menu tanpa sempat icip2x untuk membandingkan rasa.

felicia-1

Foto: Menu sarapan setiap hari di hotel dengan menu wajib: pães-de-queijo dan setangkup pancake plus perpaduan aneh lainnya. Ehm, meski berbadan kecil saya banyak juga makannya ternyata,… baru nyadar 😀

felicia-15

Foto: Manioca pancake versi modern. Rasanya? Lengket seperti lem sagu dengan selai strawberry manis ditengahnya…. Kesimpulan: saya tidak akan makan ini lagi kalau tidak terpaksa 😀

felicia-9

Di kawasan bagian selatan seperti Rio Grande do Sul, sangat kuat dipengaruhi oleh kultur ala cowboy yang mirip dengan tetangganya di Argentina dan Uruguay dimana daging menjadi salah satu bahan dasar makanan utama. Di kawasan peternakan ini tradisi churrasco, sejenis berbeque atau panggang-memanggang daging adalah tradisi lokal yang kuat.

Foto: BBQ ala Brazil…. porsi untuk 3 orang… ckckck…Kalau buat ini saya sudah kenyang duluan deh sebelum makan 😀

felicia-4

Bahan makanan yang awalnya banyak digunakan oleh penduduk asli adalah cassava, guaraná, açaí, cumaru dan tacacá. Selanjutnya, imigran dari Eropa (khususnya dari Portugal, Italia, Jerman, Poandia, Swiss) datang dan memperkenalkan makanan berbahan dasar tepung, sayuran2x daun, anggur dan produk2x turunan dari susu dalam kuliner Brazil. Saat kentang tidak tersedia, mereka berimprovisasi dengan menggunakan tepung manioka (sweet manioc) sebagai pengganti.

Foto: Daun singkong yang dihaluskan, banyak dijumpai di pasar tradisional. Sayuran akar seperti singkong (dalam bahasa setempat disebut mandioca, aipim atau macaxeira), ubi2xan dan buah seperti açaí, cupuaçu, mangga, pepaya, jambu, jeruk, markisa, nanas adalah contoh bahan lokal yang digunakan dalam masakan.

feli2

Foto: Aneka buah tropis

felicia-7

Foto: Rambutan…. yang dalam bahasa setempat juga dikenal sebagai ‘Rambutan’, dalam foto jika diperhatikan seksama di bawah dan disebelah  keranjang rambutan juga ada… buah manggis…  😀

felice1

1001 MACAM CABAI

Selain mudahnya menemukan NASI, hal lain yang membuat kita merasa familiar dengan Brazil adalah banyaknya beragam JUS BUAH tropis yang tersedia di kios2x kecil di jalan2x serta pusat keramaian dan….CABAI…alias makanan pedas.

Foto: Beragam cabai dan produknya yang tingkat kepedasannya sulit dikenali bagi yang hanya tahu cabai rawit dan cabai merah keriting…

feli6

felicia-10

feli1

Tapi, awas… JANGAN TAKABUR.…. Jika di Indonesia hanya dikenal cabe rawit, cabe merah keriting, cabai ijo besar dkk…. maka di Brazil bisa ada 1001 macam cabai dengan tingkat kepedasan LUAR BIASA….  Yang menurut skala asal2xan saya kurang lebih mulai dari CABE PEDAS ANAK BUAH SETAN, CABE PEDAS TETANGGA SETAN, CABE PEDAS PANGLIMA SETAN, CABE PEDAS RAJA SETAN…sampai CABE PEDAS SIMBAHNYA SI RAJA SETAN 😀

Dalam skala tingkat kepedasan cabai yang diakui internasional (the Scoville Scale) yang dibuat oleh ahli kimia Wilbur Scoville dari US pada tahun 1912 untuk menentukan derajat kepedasan berbagai spesies cabai maka cabai dari Brazil bernama Malagueta (skala scoville 100,000) menyandang status CABAI PALING PEDAS dari Brazil. Cabai jenis ini merupakan ikon dari daerah Bahia yang biasanya dimakan bersama menu ikan dan daging.

Karena penasaran, saya sempat mencoba sedikit… sedikit loh padahal (tidak lebih dari setengah sendok teh)… cabai jenis MBAHNYA RAJA SETAN ini….. dan dengan sukses berakhir dengan diare selama 3 berturut2x hari setelahnya. Mantab 😀

Dan sodara2x….ternyata nama2x cabai di Brazil itu BANYAK macamnya dan SUSAH DIINGAT.… mulai dari Murupi, Fidalga, Pimenta-de-bode, Cumari, Pimenta-de-cheiro, Dedo-de-Moça (pimenta-calabresa) selain nama2x yang lumayan familiar seperti Jalapeño, Tabasco, Habanero dll..dll… Pusing kan?

Foto: No cabai please…. @kapok 🙂
feli2

Jenis makanan lain yang tipikal dari Brazil adalah feijoada yang banyak disebut sebagai makanan nasional. serta sejumlah makanan daerah seperti vatapá, moqueca, polenta and acarajé. Ada juga caruru yakni campuran dari okra, bawang bombay, udang kering dan kacang panggang (kacang tanah atau mete) yang dimasak dengan minyak goreng sampai memiliki tingkat konsistensi tertentu; moqueca capixaba, yakni ikan yang dimasak dengan panas rendah dalam waktu lama bersama tomat, bawang bombay, bawang putih, ditaburi dengan potongan daun seledri juga linguiça sosis yang lumayan pedas rasanya.

Foto:  ‘Tapas’  ala salah satu restoran di Belem, negara bagian Paragominaz di utara. Yang jelas makanan seperti ini nggak akan bisa masuk ke perut saya….

felicia-22

Untuk minuman, selain kopi dikenal juga cachaça yakni air tebu yang disuling dan yang menjadi bahan utama pembuatan minuman cocktail caipirinha yang sangat populer di dalam dan di luar Brazil (buat ini saya tidak berani mencoba… jadi tidak tahu bagaimana rasanya)

TRIK MAKAN MURAH MERIAH

Buat makan siang yang murah meriah dianjurkan mencari restoran yang ada tulisan comida à quilo  atau  comida por quilo  yang artinya ‘makanan per kilo’  (hmmm…nggak  hanya  laundry cucian saja ternyata yang bisa dibayar per kilo… 🙂 )  Setelah mengambil kupon dan antri mengambil makanan sendiri  yang tersaji ala buffet maka piring kita akan ditimbang dan harga yang harus dibayar ditentukan berdasarkan berat makanan tadi entah itu daging atau sayur, semua dipukul rata. Sayang saya masih belum menemukan trik yang pas untuk bisa mendapatkan paduan makanan senak2xnya dengan harga semurah2xnya melalui sistem kiloan ini 🙂

Foto: Self Service

felicia-11

felicia-16

Jenis lain adalah restauran dengan sistem  self-services termasuk jenis  all-you-can-eat  juga dimana pelanggan membayar harga yang sudah ditentukan (prix fixe menu) buat satu orang dan boleh memilih makanan yang tersaji di meja buffet.

Foto: Suasana restoran lokal yang rame, berisik, plus tv  mirip warung Padang 🙂

felicia-14

Sistem unik lain adalah Rodízio  yakni  pelanggan membayar harga yang sudah ditetapkan per orang dan makanan yang disajikan akan di keluarkan dalam berbagai ronde atau giliran oleh pelayan restoran yang berkeliling dengan menu berbeda2x di tangannya (mirip restoran Padang). Jika tertarik dengan menu yang ditawarkan oleh pelayan kita bisa melambaikan tangan atau memberi tanda, si pelayan tadi akan datang ke meja dan menyajikan makanan tadi di piring masing2x.

Dengan sistem ini agak sulit jika kita kurang familiar dengan makanan setempat dan hanya bisa menebak2x rasa dari penampakannya saja. Biasanya, ukuran enak-tidaknya suatu makanan bisa dilihat dari tingkat kepopuleran dan tinggi-rendahnya tingkat antusiasme sambutan pelanggan2x lain saat makanan diedarkan. Jenis semacam ini  umumnya banyak dijumpai di restoran grill (BBQ) atau churrascarias. Kalau tidak pintar menahan diri bisa2x kita akan kekenyangan karena sulit menolak dan ingin terus mencicipi makanan yummy yang diedarkan. Untuk restoran reguler dengan harga per menu juga banyak dijumpai…. sayangnya bisanya lebih mahal dan lebih lama waktu untuk menunggu makanan tersaji di meja…

Kesimpulan:

– Sebagai orang Indonesia yang biasa dengan nasi, makanan pedas dan kaya rasa…apalagi pecinta jus buah segar…. jangan kuatir dengan kuliner di Brazil yang ramah dengan lidah orang Indonesia.

-Tetap perlu hati2x dan harus pintar2x menahan rasa penasaran melihat makanan yang terlihat menggoda dan aneh2x…  Mencoba makanan baru dan eksotik boleh2x saja, tapi resiko juga harus ditanggung sendiri 🙂  Sanitasi dan kebersihan makanan serta minuman dimanapun dan kapanpun tetap harus jadi prioritas.

Jangan memakai standar makanan di negeri sendiri sebagai patokan apalagi untuk sok2xan. Mentang2x biasa makan makanan pedas di restoran padang di Indonesia lantas lupa diri dan langsung icip2x cabai Brazil  satu kilo misanya….  padahal rata2x  cabai di negara ini lebih pedas dari cabai di Indonesia… kalau mau mencoba, mulailah dari sedikit2x dulu daripada liburan berakhir dengan diare.

Bertanya…bertanya…bertanya.… ini penting sekali. Jangan karena tergiur saat melihat jus2x di botol yang terlihat yummy dan yakin tahu rasanya adalah jus jeruk….  dan ternyata adalah…. jus cabai… cabai Brazil pula nah loh…. 🙂

– Biar bagaimanapun, kuliner Indonesia adalah yang terbaik buat saya. Indonesia is the best!…. Ciehhhh…. 🙂

 

TABIK

—–

Referensi:

http://en.wikipedia.org/wiki/Brazilian_cuisine

http://en.wikipedia.org/wiki/Scoville_scale

http://en.wikipedia.org/wiki/Rod%C3%ADzio

http://en.wikipedia.org/wiki/Churrascaria

18 thoughts on “Nasi lagi…Nasi Lagi…. Aye!

  1. Pingback: Tentang Bumbu Dapur | My Life, My Search, My Journey

    1. Felicity Post author

      Moga2x bisa nyobain sendiri deh….aminnn….

      Nggak, ini kisah perjalanan waktu ke Brazil beberapa kali yang nggak sempat saya tulis aja…. Sayang juga kalau cuma disimpan di komputer 🙂 Kalau nonton world cup sih dari rumah aja….

      Reply
  2. arinidm

    Sumpah ngakak abis baca skala cabe ala Mbak Feli 😆 Saya sendiri bukan orang yang berani wisata kuliner Mbak, sebisa mungkin di manapun kalo pesen makanan saya mending milih menu yg saya udah familiar aja. Bukannya apa-apa sih Mbak, drpd saya gambling ngeluarin duit untuk makanan yg belum tentu saya yakin bakal saya habisin, mending mesen yg umum-umum aja deh. Kalo mo nyoba-nyoba mendingan nyicip punya org lain aja dikit-dikit untuk sekedar tau rasa, kalo cocok baru deh pertemuan berikutnya mesen yg itu, hahaha *ini pelit n ga mo rugi namanya sebenernya* :mrgreen:

    Reply
    1. Felicity Post author

      Haha…. sama.. pada dasarnya saya nggak mau coba2x….tapi kadang penasaran juga…. Biasanya mulai dari icip2x dulu…. punya orang juga 🙂 Yup, nggak mau rugi dong… 🙂

      Reply

Leave a comment