Terjebak di elevator atau lift adalah satu hal yang paling saya takutkan. Tangga adalah pilihan utama saat harus menaiki gedung bertingkat. Bukan hanya demi alasan lebih sehat…tapi juga karena takut naik lift (hehe… :D). Tetapi, malang tak dapat ditolak dan untung tak dapat diraih (lebayyy…), pagi ini dalam perjalanan menuju kesebuah rapat penting hal yang paling saya takutkan terjadi: yep, TERJEBAK di dalam lift, seorang diri pula…huhuhu 😦
MENIT2x PERTAMA. Masih tenang dan percaya bahwa pertolongan akan datang.
Sepi.
LIMA MENIT berikutnya. Mulai gedor2x pintu lift dan berharap ada orang yang mendengar di luar sana. Pintu lift yang transparan memungkinkan saya melihat ke luar. Posisi lift saat itu 1/3 di lantai 2 dan sisanya menggantung di lantai 1 yang saya tuju.
MENIT SELANJUTNYA. Mulai berpikir dan mencerna situasi, membayangkan skenario terburuk bahwa saya akan terjebak di lift selama seharian sampai jam pulang kantor atau bahkan sampai Senin pagi. Saya coba menghubungi nomor telepon kantor dan teringat bahwa hari Jumat ini kantor sepi karena ada pelatihan di luar kota dan resepsionis tidak ada di tempat.
Dan, HP pun menjadi andalan. Tapi, SIAPA yang harus dihubungi? Pemadam kebakaran? Ambulan? Polisi? Penjaga gedung? Hubby yang di luar kota? Keluarga di Indonesia?
Dalam kepala ini adegan film2x TV saat ada orang yang yang terjebak di lift langsung berseliweran. Memori pelajaran yang didapat saat security training pun saya coba ingat2x lagi…Tapi…security training saya kan untuk keadaan emergency di daerah bencana dan konflik, tidak ada sesi pelatihan jika terjebak di lift di pusat kota…. *WHAAAA….Jaka sembung bawa golok…..*
*tarik nafas dalam2x, berdoa khusyuk, berpikir keras*
Alhasil, setelah beberapa saat saya berhasil memaksa otak menyusun daftar realistis orang2x yang bisa diandalkan untuk bisa menolong. Prioritas pertama pasti orang yang SAAT ITU BERADA DI DEKAT lokasi … (ah, Feli…kamu sungguh cerdas!!! 😀 …)
Telepon pertama, Geir, kolega satu unit yang ada ruangan lantai 5.
Tidak ada jawaban.
Saya coba kontak nomor yang sama dan lagi2x hanya terdengar nada tunggu
*galau dan kuatir*
Setelah sekian lama menggedor2x pintu dari dalam, nampak sekelebat bayangan manusia di luar sana. AHA!!!, tukang pos. Dia berdiri di luar dan berteriak: “Coba pencet alarm dan nomor2x emergency yang tertempel di dinding!”
Alarm saya pencet. TETTT…TEETTTT…TET,TET,TEEETTTTTTT!!!!!!….
Lalu?
Ternyata alarm dalam lift tadi adalah tombol untuk menarik perhatian orang agar ada yang datang. Lah, ini kan sudah ada yang datang, si tukang pos tadi…tapi dia tidak bisa berbuat apa2x.
…..BAGOOOSSSSSS….